Sintaksis
Sintaksis
merupakan bagian dari ilmu bahasa yang membicarakan seluk beluk kalimat,
klausa, dan frasa. Kata sintaksis berasal dari bahasa Yunani, yaitu sun yang
bearti dengan dan kata tattein
yang berarti menempatkan jadi secara
etimologi berarti menempatkan bersama-sama kata-kata menjadi kelompok kata atau
kalimat. Dikatakan bahwa sintaksis adalah telaah mengenai pola-pola yang
dipergunakan sebagai sarana untuk menggabung-gabungkan kata menjadi kalimat.
Objek kajian Sintaksis
1.
Frasa
Frasa merupakan perluasan dari
sebuah kata. Namun sebuah frasa tidak mengubah sebuah fungsi lain sehingga
tidak mengubah arti dari beberapa kata tersebut. Frasa juga dapat di artikan
sebagai gabungan dua kata atau lebih yang di antara
kedua kata itu tidak ada yang berkedudukan sebagai predikat dan hanya memiliki
satu makna. Contoh: karya sastra.
Ø Frasa
Eksosentrik : frase yang komponen-komponennya tidak mempunyai prilaku sintaksis
yang sama dengan keseluruhan. Frasa ini tidak mempunyai unsur pusat.
Di bagi
menjadi : a Frasa eksosentrik direktif => komponen pertamanya berupa di,ke dan dari Contoh : dari pasar buah
b Frasa
eksosentrik non direktif => komponen
pertamanya berupa si, sang Contoh : sang saka
merah putih
Ø Frasa
Endosentris : Frasa endosentris adalah frasa yang unsur-unsur pembentuknya dapat
menggantikan kedudukan frasa itu secara keseluruhan.
Di bagi menjadi : a Frasa endosentris koordinatif =>
Masing-masing unsur memiliki kedudukan sederajat yang tidak
saling menerangkan unsur yang lain.
b frasa endosentris apositif => Frasa
yang berhubungan antara unsur-unsurnya dapat saling
menggantikan.
c frasa endosentris atributif =>
Frasa yang salah satu unsurnya dapat menggantikan frasa itu secara
keseluruhan.
Ø Frasa
Ambigu : Frasa ambigu
adalah frasa yang menimbulkan makna ganda atau tidak jelas. Contoh : Lukisan Ayah dipajang di ruang tamu.
2. Klausa
Klausa merupakan bagian dari
kalimat. Klausa memiliki arti yang kuarang lebih sama dengan frasa namun
bedanya Klausa memiliki unsur subjek dan predikat, sehingga mempnyai makna namun makna itu belum
utuh.klausa sendiri tidak mengandung intonasi, jeda, tempo, dan nada sehingga
belum bisa di katakan kalimat
1.
Klasifikasi klausa berdasarkan struktur internnya.
Klasifikasi
klausa berdasarkan struktur internnya mengacu pada hadir tidaknya unsur inti
klausa, yaitu S dan P.
a) Klausa Lengkap : Klausa lengkap ialah klausa
yang semua unsur intinya hadir.
1.
Klausa versi, yaitu klausa yang S-nya mendahului P.
Contoh
:Kondisinya masih kritis.
2. Klausa
inversi, yaitu klausa yang P-nya mendahului S.
Contoh :Masih
kritis kondisinya.
b) Klausa
Tidak Lengkap : Klausa tidak lengkap yaitu klausa yang tidak semua unsur intinya hadir. Biasanya
dalam klausa ini yang hadir hanya S saja atau P saja.
2. Klasifikasi
klausa berdasarkan ada tidaknya unsur negasi yang menegatifkan P.
a)
Klausa Positif : Klausa poisitif ialah klausa yang
ditandai tidak adanya unsur negasi yang menegatifkan P. Contoh :Bambang seorang
pesepak bola tersohor.
b)
Klausa Negatif : Klausa negatif ialah klausa yang
ditandai adanya unsur negasi yang menegaskan P. Contoh :Bambang bukan seorang
pesepak bola tersohor
3. Klasifikasi
klausa berdasarkan kategori frasa yang menduduki fungsi P.
a)
Klausa Nomina : Klausa nomina ialah klausa yang P-nya
berupa frasa yang termasuk kategori frasa nomina. Contoh:Pamannya petani
di kampung itu.
b)
Klausa Verba : Klausa verba ialah klausa yang P-nya
berupa frasa yang termasuk kategori frasa verba.Contoh : Dia membantu para
korban banjir
c)
Klausa Adjektiva : Klausa adjektiva ialah klausa yang
P-nya berupa frasa yang termasuk kategori frasa adjektiva. Contoh :Paman sangat
kurus.
d)
Klausa Numeralia : Klausa numeralia ialah klausa yang
P-nya berupa frasa yang termasuk
kategori numeralia. Contoh : Anaknya
empat orang.
e)
Klausa Preposisiona : Klausa preposisiona ialah klausa
yang P-nya berupa frasa yang termasuk kategori frasa preposisiona. Contoh
:Kertas itu di bawah meja
4.
Klasifikasi klausa berdasarkan criteria tatarannya
dalam kalimat.
a)
Klausa Atasan Klausa atasan adalah klausa yang dapat
berdiri sendiri sebagai kalimat.Contoh : Irwan
datang ketika kami sedang menonton film.
b) Klausa
Bawahan : Klausa bawahan ialah klausa yang belum lengkap isinya. Klausa ini
tidak dapat berdiri sendiri. Contoh : Irwan datang ketika kami sedang menonton film.
5.
Klasifikasi klausa berdasarkan potensinya untuk
menjadi kalimat.
a)
Klausa Atasan : klausa yang dapat berdiri sendiri
sebagai kalimat.Contoh : Irwan datang
ketika kami sedang menonton film.
b)
Klausa Bawahan : klausa yang belum lengkap isinya.
Klausa ini tidak dapat berdiri sendiri. Contoh : Irwan datang ketika kami sedang menonton film.
3. Kalimat
Kalimat adalah satuan bahasa
terkecil, dalam wujud lisan atau tulisan yang mengungkapkan pikiran yang utuh.
Berbeda dengan frasa atau klausa sebelumnya yang sudah di jelaskan, disi
kalimat lebih komleks dan lebih utuh, maksudnya kalimat itu sendiri sudah di
lengkapi dengan subjek , predikat, dan objek. Sehingga kalimat sendiri sudah
mempunyai makna yang sempurna. Klasifikasi kalimat Terdiri dari kalimat tunggal,
kalimat majemuk, kalimat aktif kalimat langsung kalimat tidak langsung, kalimat
minor.
Ø Kalimat
tunggal : kalimat yang mengandung subjek dan predikat yang mempunyai satu makna
contoh : koko pergi ke pasar
Ø Kalimat
Majemuk : Kalimat majemuk tersusun dari beberapa kalimat tunggal.
Ø Kalimat
Langsung: kalimat yang menirukan ujaran orang lain.Contoh : Ibu berkata “Saya tidak senang melihat rambut gondrong”.
Ø Kalimat
Tidak Langsung : kalimat yang menyampaikan kembali ujaran orang lain.Contoh:
Ibu mengatakan bahwa Ia tidak senang melihat rambut gondrong.
Ø Kalimat
Aktif : kalimat yang subjeknya menjadi pelaku. Ciri utama kalimat aktif adalah
predikatnya berupa kata dasar atau berimbuhan me(N)- dan ber-.Contoh : Ibu
sedang membuat martabak telur.
Ø Kalimat
Minor : kalimat yang mengandung satu unsure pusat berupa predikat.Contoh :
Pergi!
0 komentar:
Posting Komentar